BABELAKTUAL – Pada era digital saat ini, anak-anak semakin terpapar dengan teknologi dan akses ke dunia digital. Meskipun teknologi memberikan berbagai manfaat, penting bagi kita menciptakan lingkungan digital yang aman bagi anak. Keamanan online masih menjadi perhatian utama, karena konten-konten, dan akses yang tidak sesuai dengan usia yang dapat mengancam seperti kekerasan, pelecehan, intimidasi.
Pendidikan dan kesadaran pendidikan merupakan kunci dalam menciptakan lingkungan digital yang aman bagi anak. Orang tua, pendidik, dan anak-anak sendiri harus diberikan pemahaman tentang risiko online dan praktik pengamanan. Ini termasuk kesadaran tentang privasi online, penggunaan yang bertanggung jawab terhadap teknologi, identifikasi penipuan online, serta pentingnya melaporkan perilaku tidak aman kepada orang dewasa yang dipercaya.
*Pengaturan Kontrol Parental*
Menggunakan kontrol parental, atau perangkat lunak pengendalian konten dapat membantu orang tua mengatur, dan membatasi akses anak-anak ke konten yang tidak sesuai usia. Pengaturan ini termasuk pembatasan waktu layar, filtering konten, dan pengawasan aktivitas online anak-anak.
*Komunikasi Terbuka dan Percakapan*
Jalin komunikasi terbuka dengan anak-anak tentang pengalaman dan aktivitas online mereka. Berikan ruang yang aman bagi mereka untuk berbicara tentang apa pun yang mengkhawatirkan mereka, dan tanggapi dengan empati dan pengertian. Jangan takut untuk membahas risiko online, dan memberikan nasihat yang tepat.
*Pantauan dan Pengawasan*
Lakukan pengawasan aktif terhadap aktivitas online anak-anak, terutama saat mereka masih muda. Berinteraksi dengan mereka secara langsung dan terlibat dalam apa yang mereka lakukan di dunia digital. Ini membantu menjaga mereka tetap aman, dan membuka kesempatan untuk memberikan bimbingan jika diperlukan.
*Ajarkan Etika Digital*
Berikan anak-anak pemahaman tentang etika digital yang baik. Dorong mereka untuk berperilaku dengan sopan, dan menghormati orang lain dalam interaksi online. Diskusikan tentang pentingnya tidak membully, tidak menyebarkan rumor, dan menghargai privasi orang lain.
Berikut tips mendidik anak di era digital yang bisa dilakukan orang tua:
1. Membuat aturan penggunaan gawai atau gadget
2. Mengatur batasan screen time
3. Dampingi saat anak bermain gadget.
4. Pantau aktivitas anak di dunia maya.
5. Berkomunikasi dengan anak
6. Hindari menjadikan gawai sebagai alat agar anak tidak rewel.
Anak-anak usia sekolah dasar sudah memiliki kecakapan untuk mengoperasikan gawai, dan mengakses internet secara mandiri dan bahkan mungkin tanpa pengawasan dari orang tua. Mereka bisa bermain video games, menonton video, dan terhubung dengan teman dan keluarga melalui komputer, ponsel, tablet, televisi, dan perangkat lain yang terhubung ke internet. Jika tidak diatur dan diawasi, maka ada empat potensi risiko keamanan digital yang siap mengintai anak-anak usia sekolah dasar, yaitu:
– Content Risk: Sebuah situasi di mana anak terpapar konten yang tidak pantas dan tidak diinginkan di dalamnya, termasuk konten seksual dalam game, pornografi, gambar kekejaman terhadap hewan, kekerasan, konten rasis, diskriminatif, ujaran kebencian, dan situs yang menganjurkan perilaku tidak sehat dan berbahaya (bunuh diri, anoreksia dan melukai diri sendiri).
– Contact Risk : Risiko yang muncul saat anak berinteraksi dengan orang yang tidak mereka kenal, atau orang dewasa yang menyamar sebagai anak-anak secara daring, misalnya saja interaksi dengan orang dewasa yang meminta seorang anak untuk tujuan seksual, individu yang mencoba meradikalisasi seorang anak, membujuknya untuk mengambil bagian dalam perilaku yang tidak sehat atau berbahaya, dan membagikan informasi pribadi dengan orang asing.
– Conduct Risk: Perilaku anak-anak di ruang virtual yang mungkin menyakiti orang lain atau menjadi korban dari perilaku orang lain di ruang virtual. Contohnya saja anak-anak yang menulis atau membuat materi kebencian tentang anak-anak lain, menghasut, rasisme, atau memposting atau mendistribusikan gambar seksual, termasuk konten yang mereka buat sendiri.
– Consumer Risk: Risiko yang muncul ketika anak-anak menyetujui kontrak, syarat atau ketentuan yang tidak adil yang tidak mereka sadari atau tidak pahami di ruang virtual. Misalnya, anak-anak mungkin mengklik tombol yang memungkinkan pihak lain mengirimi mereka pesan pemasaran yang tidak pantas, atau mengumpulkan data pribadi atau keluarga mereka. Atau anak-anak mungkin menggunakan mainan, aplikasi, atau perangkat dengan keamanan internet yang lemah, sehingga membuat mereka rentan terhadap pencurian identitas atau penipuan.
Internet akan menjadi bagian dari masa depan anak-anak, sehingga membiasakan mereka menggunakan gawai dan internet dari sekarang dengan bijak adalah hal yang penting dilakukan.
Mengajarkan perilaku online yang aman dan bertanggung jawab dapat membantu anak-anak usia sekolah dasar mengelola risiko dan membangun ketahanan digital (digital resilience), yakni kemampuan untuk menghadapi dan merespons secara positif setiap risiko yang mereka hadapi secara online.
Berikut adalah beberapa tips yang bisa digunakan untuk membangun digital resilience pada anak usia sekolah dasar: