BERITA, BABELAKTUAL – DPRD Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Kep. Babel) kunjungi Pertamina Patra Niaga dalam rangka koordinasi terkait distribusi BBM bersubsidi serta gas LPG bersubsidi di Bangka Belitung.
Ikut dalam rombongan, Wakil Ketua I, Eddy Iskandar, Wakil Ketua III, Edi Nasapta dan anggota DPRD Rina Tarol dan Himmah Olvia. Rombongan diterima langsung Oleh Nurhidayati, Manager Stakeholder Relation, Vina Febria selaku Manager Retail PSO Subsidi dan jajaran karyawan Pertamina Patra Niaga lainnya.
Membuka pertemuan, Eddy Iskandar
mengungkapkan bahwa kemungkinan PSO LPG akan melampaui alokasi yang ada dikarenakan menjamurnya UMKM.
Disamping itu dirinya juga menyoroti distribusi bbm untuk keperluan angkutan bahan pokok yang belum maksimal yang mana angkutan bahan pokok ini adalah faktor penting untuk keperluan masyarakat di Bangka Belitung.
“Mungkin dari Pertamina sendiri bisa memberi prioritas kendaraan pengangkut bahan pokok dan penting untuk mendapatkan bbm supaya tidak mengantri lagi,” ujarnya.
Di kesempatan yang sama, Wakil Ketua III, Edi Nasapta menghimbau Pertamina untuk memulai langkah antisipasi jika terjadi kelangkaan bbm di masyarakat. Mulai dari faktor alam hingga teknis seperti tersedianya tongkang pengangkut, dan lain-lain.
Hal lain yang disampaikan adalah kenaikan kuota bbm di Babel oleh Pertamina apakah sudah menyelesaikan kebutuhan bbm di masyarakat, mengingat pertumbuhan ekonomi yang lemah.
“Kami berharap Pertamina bisa memberi perhatian terhadap hal ini, jika memang nanti kuota nya berkurang, pertamina bisa antisipasi dari sekarang,” pinta politisi partai Nasdem tersebut.
Rina Tarol Anggota DPRD Komisi II yang juga turut hadir dalam kegiatan tersebut
mengeluhkan tidak tersedianya bbm kepada kendaraan yang membutuhkan walaupun pengisian sudah dilakukan dengan sistem barcode berdasarkan kuota kendaraan, namun fakta di lapangan, masih banyak kendaraan yang tidak mendapat jatah bbm karena sudah habis.
Anggota komisi II lainnya, Himmah Olvia juga mengeluhkan perkembangan pertashop di Babel yang lambat karena penjualan hanya bbm non subsidi, sedangkan masyarakat masih banyak bergantung dengan bbm bersubsidi karena dari segi harga lebih murah. Sehingga, menurutnya, bisnis pertashop di Babel lambat berkembang. Ia pun menanyakan, apakah ada kebijakan khusus dari Pertamina terkait pertashop di daerah.