PANGKALPINANG, babelaktual.com – Rencana penyetopan ekspor logam timah pada tahun depan, yang sedang di evaluasi oleh Kementerian Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) RI, saat ini ramai dikritisi dari berbagai kalangan.
Evaluasi saat ini guna mempersiapkan langkah-langkah setelah kebijakan tersebut diberlakukan. Karena, Provinsi Kepulauan Bangka Belitung (Babel) dinilai paling tinggi efeknya dari penerapan kebijakan larangan ekspor timah tersebut.
Terutama dari segi ekonomi, karena selama ini hasil dari timah sangat menopang perekonomian masyarakat, disamping menjadi pemasukan bagi daerah baik dari royalti maupun dana bagi hasil.
Dan itu diakui langsung oleh Penjabat (PJ) Gubernur Babel Ridwan Djamaluddin, ia menyampaikan, evaluasi itu dinilai penting sebagai antisipasi ketika nanti resmi dilarang untuk ekspor.
“Seperti yang kita ketahui, Babel ekonomi daerahnya masih ditopang oleh pertimahan, jadi kita harus menyiapkan langkah-langkah antisipasi, supaya nantinya tidak terkejut,” ujar Pj Gubernur
Ridwan Djamaludin juga menegaskan, belum ada keputusan resmi apapun terkait evaluasi ini, apalagi membatalkan rencana kebijakan tersebut.